Resensi novel karru' ri bantilang pinisi

Resensi

Oleh Pipi Hardianti pada 31 Juli 2011 pukul 0:28 ·

Penulis : Drs. Muhannis Daeng Lawwaq.
Judul buku : Karruq Ribantilan Pinisi ( Tangisan Di gubuk Pinisi )
Tebal : 427 Halaman.
ISBN : 978-602-8335-65-7
Penerbit : Ombak
Sampul : Dian Qamajaya
Tata letak : Turatea kreatif
Tahun terbit : 2011

SINOPSIS

Cerita tentang peradaban masyarakat Ara puluhan tahun yang lalu. Tradisi pembuatan perahu pinisi yang sudah menjadi tradisi secara turun-temurung di Bulukumba Timur.

Dalam novel ini bukan hanya bercerita tentang tradisi pembuatan perahu pinisi saja, tapi juga mengisahkan kisah asmara antara seorang sawi muda dengan putri seorang punggawa (panrita lopi).

Sawi mudah ini bernama Samparaja Daeng Puga' telah menjalin cinta dengan Cambolong Daeng Matarring. Namun hubungan itu tak berjalan lama karena orang tua Cambolong Daeng Matarring tidak menyetujui hubungan mereka, karena sejak lahir kedunia Cambolong telah dijodohkan dengan sepupu tiga kalinya I ganjeng Daeng Rate yang juga punggawa (panrita lopi). Hal itu sudah menjadi kesepakatan kedua orang tua mereka, dan diketahui hampir seluruh masyarakat Ara dan masyarakat di tempat tinggal I Ganjeng daeng rate.

Kesepakatan antara orang tua Cambolong dan Ganjeng dg Rate, masing - masing tidak diketahui anak mereka. Tak ada yg pernah memberi tahu tentang perjodohan itu. Andai saja orang tuanya memberi tahunya sebelumnya pasti dirinya tidak akan jatuh cinta dengan Samparaja Dg Puga' pemuda yg bekerja sebagai sawi pada ayahnya, yg tidak lama lagi menjadi Punggawa.

Walau protes dg sikap orang tuanya, Cambolong tetap berusaha jujur kepada Samparaja meski terpaksa. Tetap ia lakukan demi rasa cinta dan hormatnya pada kedua orang tuanya. Ia juga tak ingin melawan tradisi dalam keluarganya.

Berbeda dengan Cambolong yang menurut dgan orang tuanya. Lain halnya dengan Ganjen dg Rate yg protes dan tak menerima pilihan orang tuanya. Alasannya pun cukup masuk akal karena dirinya menaruh hati pada gadis lain ditempat ia bekerja membuat perahu.

Komentar

  1. menggugah banget,, sayA orang Bantaeng ehh bru tahu klo ada novel bahasa makassar

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Singkat Tentang DPRD Kabupaten Bulukumba

Sejarah Singkat Bulukumba